October 27, 2017

Open House

It's the hardest thing to do; leaving everything behind.

Meninggalkan blog lama rasanya sama seperti ketika pertama kali saya pindah rumah. Rasanya semua ingatan yang terjadi di rumah itu bakal hilang ketika saya sudah tidak lagi menginjakan kaki di sana. Bukan hanya lupa, saking lamanya pergi dari tempat itu, perasaan nyaman yang dulu pernah ada; perasaan bahwa itu adalah 'rumah' tempat saya membawa perasaan-perasaan lelah setelah seharian berada di luar, kini digantikan oleh perasaan tidak nyaman, ingin cepat-cepat pergi, bahkan bosan. 

Saya ingat pertama kali membuat blog karena ada tugas dari sekolah - pelajaran TIK pada saat itu namanya - dan karena di rumah sudah ada modem, iseng-iseng saya coba membuat sendiri blog untuk pertama kalinya. Standar anak smp saja blognya, masih menggunakan default theme, colorful, post pertama diisi dengan pengenalan diri khas zaman dulu, yaitu menggunakan kata-kata yang disingkat begitu rupa seolah-olah ada pengenaan biaya berlebih jika menuliskan kata secara lengkap (seperti yang dulu pernah dilakukan salah satu provider kalau kita mengirimkan sms).

Setelah satu dua post terbit, saya mulai iseng mencari theme blog yang tidak biasa; maklum anaknya dulu memang suka yang anti-mainstream, tidak seperti sekarang. Kemudian saya menemukan blog orang-orang yang 'memainkan' kode HTML untuk tema blog mereka. Berbekal rasa ingin tahu yang tinggi ditambah banyaknya waktu yang bisa dibuang, (karena dulu saya bisa menghabiskan berjam-jam hanya untuk mengutak-atik kode HTML tema blog) saya pun berhasil merombak blog saya menggunakan tema HTML tersebut. Luar biasa rasa bangga yang saya rasakan karena berhasil mencoba sesuatu yang menurut saya sangat sulit dilakukan pada waktu itu.


Ketika pelajaran TIK tiba, dan kami memperlihatkan blog masing-masing, saya dengan bangganya memperlihatkan hasil jerih payah berjam-jam depan komputer hanya untuk mendapatkan hasil yang berbeda dari anak-anak lain. Ada perasaan sedikit sombong karena pada waktu itu banyak teman-teman saya yang bertanya bagaimana caranya membuat tampilan blog seperti itu.


Seiring berjalannya waktu, tugas itu dilupakan sebagaimana layaknya tugas sekolah yang lain oleh teman-teman saya. Namun sepertinya, jerih payah yang sudah saya lakukan selama berjam-jam tersebut telah menjadi ikatan tersendiri yang menghalangi saya untuk melupakan tugas sederhana tersebut. Pada akhirnya ikatan tersebut memaksa saya untuk terus lanjut menulis. Sampai sekarang.


Blog yang saya buat dari smp sebagai tugas itu sempat saya hapus karena menurut saya terlalu kampungan, atau yang dulu sering disebut alay. Padahal setelah saya sadari sekarang, blog yang baru pun tidak kalah alaynya dari blog yang pertama.


Maka dari Bulan November 2009 sampai Juni 2017, blog Hakuna Matata pun menjadi tempat sehari-hari saya berbagi cerita kepada siapa saja yang mau membacanya. Target pembacanya memang tidak jauh dari teman-teman saya, mulai dari teman sd, smp, sma sampai kuliah. Terkadang ada yang suka mengabarkan kalau mereka masih suka membaca blog saya. Karena faktor itu juga, saya bersemangat sekali untuk selalu mempublikasikan kisah-kisah hidup saya, mulai dari yang tidak bermanfaat sampai ke omongan-omongan serius. Mulai dari penggunaan kata-kata yang selalu disingkat, sampai penggunaan kalimat lengkap juga tanda baca dan huruf besar yang sudah seharusnya.


Saya sendiri bisa merasakan blog tersebut tumbuh seiring dengan umur saya yang semakin bertambah pula. Memang dalam beberapa hal memberikan dampak positif, namun di sisi lain, ada hal baru yang saya sadari; bahwa dengan semakin bertambahnya umur, semakin banyak kegiatan dan hal yang perlu dipikirkan, maka semakin sedikitlah waktu yang ada untuk melakukan hal-hal kecil. Hal yang sepertinya dulu bisa kita lakukan dua sampai tiga kali seminggu, kini bisa mengerjakannya sekali dalam seminggu saja sudah syukur; ya apalagi kalau bukan kegiatan ngeblog ini.


Memasuki semester lima perkuliahan, tugas-tugas yang ada membuat saya tidak sempat menulis barang satu atau dua post di blog. Semua cerita yang rasanya ingin saya tulis, hanya bisa mampir sebentar di kepala lalu terlupakan seminggu kemudian. Pada akhirnya, tidak ada yang bisa saya tulis sekalipun saya sudah duduk di depan laptop dan membuka halaman blog.

Hal itu berkembang menjadi sebuah writer's block jangka panjang, bahkan menimbulkan rasa malas membuka kembali halaman blog dan mulai menulis. Tidak hanya itu, karena beberapa alasan, ada yang membuat pandangan saya tentang menulis menjadi berbeda; bahwa kita menulis untuk dibaca oleh orang lain, untuk mendapat apresiasi atas apa yang kita tulis. Pandangan baru tersebut membuat saya merasa seolah-olah jika saya tidak menuliskan hal yang menarik, maka tidak akan ada yang membacanya sama sekali. Menulis pun menjadi bukan hal yang menyenangkan lagi karena saya pun merasa terpaksa melakukannya, berbeda ketika dulu masih smp dan saya menulis murni untuk kesenangan diri saya sendiri.


Puncaknya adalah saya memutuskan untuk berhenti sebentar dan memikirkan kembali, apa sebenarnya tujuan saya menulis di blog? Menyenangkan orang lain atau menyenangkan diri sendiri?


Jawabannya jelas, karena setelah itu saya memutuskan untuk tidak lagi memakai blog yang lama, tetapi membuat yang baru; membangun rumah baru. Saya tidak mau memikirkan konten seperti apa yang bagus, hal menarik apa yang bisa saya tulis, dan sebagainya, karena hal itu malah akan membuat saya cepat merasa bosan dan seperti ada tuntutan.

Banyak keuntungan yang saya dapat dari hobi menullis ini. Walaupun belum bisa memberikan saya penghasilan, tapi setidaknya ada pengalaman yang saya dapatkan dari hasil hobi menulis. Semoga kedepannya hobi ini tidak akan menjadi sia-sia dan bahkan bisa saya banggakan, atau yang lebih bagusnya lagi jika bisa memberikan penghasilan.


Salah satu dosen saya pernah berkata, "Di dunia ini tidak ada hal yang tidak bisa ditulis." jadi ya, tulis apa saja, toh selama tidak menimbulkan kerugian, bukan hal yang salah untuk dilakukan. Profesi menulis mungkin masih banyak dipandang sebelah mata oleh banyak orang, namun saya justru merasa kasihan dengan orang-orang tersebut karena mereka tidak tahu ada makna yang lebih besar dari sekedar menuliskan kata-kata di atas kertas kosong, dan orang-orang tersebut tidak akan mengerti sampai mereka terjerumus sendiri ke dalam dunia menulis.


Maaf kalau post pertama ini kesannya terlalu serius. Efek dari kegalauan saya juga dari kemarin malam tentang mau ngapain kalau nanti sudah lulus. 


Ya sudah segitu saja dulu. Hanupis.

- ditulis sambil minum susu.

No comments:

Post a Comment

Copyright © 2016 talk better with words , Blogger